Materi Mentoring |
Indikator Penilaian |
|
a. Sejarah Pembukuan al-Qur'an dalam satu Mushaf |
a. Memahami yang dimaksud Mushaf Utsmani |
|
b. Nama dan Urutan Surat dalam al-Qur'an |
b. Mengenal Nama dan Urutan Surat dalam al-Qur'an |
SEJARAH PEMBUKUAN MUSHAF AL QUR'AN
Kita telah mengetahui
Al-Qur'an itu diturunkan secara berangsur-angsur. Rasulullah menerima A1-Qur'an
melalui malaikat Jibril kemudian beliau membacakan serta mendiktekannya kepada
para sahabat yang mendengarkannya.
Pada priode pertama
sejarah pembukuan Al-Qur'an dapat dikatakan bahwa setiap ayat yang diturunkan
kepada Rasulullah selain beliau hafal sendiri juga dihafal dan dicatat oleh
para sahabat. Dengan cara tersebut Al-Qur'an terpelihara di dalam dada dan
ingatan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Hal ini dijelaskan dalam
Al-Qur'an
لَا
تُحَرِّكْ بِه لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِه ﴿16﴾ إِنَّ عَلَيْنَا
جَمْعَه وَقُرْاٰنَه ﴿17﴾
فَإِذَا
قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَه ﴿18﴾ ثُمَّ إِنَّ
عَلَيْنَا بَيَانَه ﴿19﴾
16. Janganlah kamu gerakkan
lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
17. Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya.
18. Apabila Kami telah
selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian,
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
(Q.S. 75 Al-Qiyamah : 16-19)
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَه لَحَافِظُوْنَ
Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al-Quran,
dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Q.S. 15 Al-Hijr : 9)..
Ayat di atas memberikan petunjuk kepada kita
bahwa al-qur’an itu dijamin kemurniannya dan terpelihara serta terkumpul dengan
baik sejak saat turunnya sampai sekarang ini. Pengumpulan ayat Al-Qur’an ini
dibantu oleh para sahabat, setiap ayat turun langsung dicatat pada pelapah
kurma, kulit binatang, bahkan pada tulang-belulang hewan. Kelompok pencatat Al-Qur’an
ini cukup banyak, sebagaimana diriwayatkan sebuah hadis (H.R Muslim : 4505):
عَنْ
مَسْرُوقٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو فَذَكَرْنَا حَدِيثًا عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَسْعُودٍ فَقَالَ
إِنَّ
ذَاكَ الرَّجُلَ لَا أَزَالُ أُحِبُّهُ بَعْدَ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ يَقُولُهُ سَمِعْتُهُ يَقُولُ:
اِقْرَءُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةِ نَفَرٍ
مِنْ اِبْنِ أُمِّ عَبْدٍ وَمِنْ أُبَيِّ
بْنِ كَعْبٍ
وَمِنْ
سَالِمٍ مَوْلَى أَبِيْ حُذَيْفَةَ وَمِنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ
dari Masruq dia berkata; suatu ketika kami
bersama Abdullah bin 'Amru, lalu kami menceritakan tentang hadits dari Ibnu
Mas'ud. maka Ia (Abdullah 'Amru) berkata; Aku sangat mencintainya hingga kini
setelah Rasulullah saw bersabda; \"Ambillah (pelajarilah) Al Qur'an dari
empat orang; Dari Ibnu Mas'ud , kemudian dari Ubay bin Ka 'ab, dari Salim maula
Abu Hudzaifah, dan Mu'adz bin Jabal
Tugas mencatat wahyu itu telah selesai semuanya
menjelang wafatnya Rasulullah SAW. Semua naskah yang berserakan itu telah
terkumpul dan terpelihara dengan baik, akan tetapi belum disusun dalam satu
mushaf.
2.
Pembukuan Al-Qur’an masa Khulafaur Rasyidin
Pada waktu Abu Bakar diangkat menjadi khalifah
beliau segera memerintahkan agar naskah yang tersimpan di rumah Rasulullah
disalin dan disusun kembali. Pekerjaan ini dilakukan setelah terjadi perang
Yamamah yang mengakibatkan meninggalnya 70 orang penghafal Al-Qur’an, dan
setelah musailamah Al-Kazzab sebagai Nabi palsu dihancurkan. Gagasan
mengumpulkan Al-Qur’an pada masa itu adalah dari sahabat Umar ibnu Khattab.
Umar merasa khawatir akan hilangnya sebagian Al-Qur’an dari penghafalnya yang
telah gugur dalam pertempuran.
Demikianlah khalifah Abu Bakar memerintahkan
Zaid bin Tsabit, penulis suhuf-suhuf di zaman Rasulullah untuk mengumpulkan
suhuf-suhuf Al-Qur'an baik yang terdapat pada pelepah kurma, tulang hewan
maupun dari para penghafal Al-Qur'an yang masih hidup. Dengan demikian kaum
muslimin pada saat itu sepakat meyakini, bahwa mushaf Abu Bakar adalah mushaf
Al-Qur'an yang sahih yang diakui oleh semua sahabat tanpa ada yang membantah.
Pada masa Urnar bin Khattab tidak ada lagi
kegiatan dalam rangka mengumpulkan A1-Qur'an oleh karena itu pada masa ini
Khalifah Umar menitikberatkan kegiatannya pada penyiaran agama Islam.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan wilayah
kekuasaan Islam sudah semakin luas, oleh sebab itu semakin beraneka ragam pula
bangsa-bangsa bukan Arab yang memeluk Agama Islam. Maka timbul lagi persoalan
yang berhubungan dengan kitab suci Al-Qur'an Salah seorang sahabat yang bernama
Hudzaifah ibnu Yaman yang baru pulang dari pertempuran. melaporkan kepada
Khalifah Usman bahwa timbul perbedaan pendapat tentang qiraat (bacaan)
Al-Qur'an di kalangan kaum muslimin, bahwa setiap kabilah mengaku bacaannya
adalah Yang paling baik dibanding bacaan kabilah yang lain.
Hudzaifah mengusulkan kepada khalifah agar
segera diambil kebijaksanaan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut,
sebelum terjadi pertengkaran tentang kitab suci Al Qur'an di antara mereka
seperti yang terjadi pada orang Yahudi dan Nasrani tentang Taurat dan Injil.
Usul itu segera diterima Khalifah Usman segera mengirim utusan untuk meminta
mushaf kepada Hafsah yang disimpan di rumahnya untuk disalin (diperbanyak).
Untuk memperbanyak mushaf ini kembli khalifah Usman menunjuk Zaid bin Tsabit
sebagai ketuanya dengan anggota-anggotanya Abdullah bin Zubair. Said ibnu Ash
dan Abdurahman bin Harits.
Setelah selesai memperbanyak mushaf, maka Usman
menyerahkan kembali mushaf yang asli kepada Hafsah. Kemudian lima mushaf
lainnya dikirim kepada penguasa di Mekah, Kuffah, Basrah dan Suriah, dan salah
satunya dipegang oleh Khalifah Usman bin Affan sendiri.
Demikianlah sejak saat itu mushaf Al Qur'an
tersebut dinamai MUSHAF AL-IMAM atau lebih dikenal dengan MUSHAF UTSMANIY,
karena disalin pada masa khalifah Usman bin Affan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar